Jumat, 11 Desember 2009

INILAH HIDUP

Hidupku. Selama ini aku gak pernah nulis tentang hidupku, karena emang hidup aku gak punya cerita. Hidup aku biasa2 aja, gak ada yang special, gak co2k lah buat dijadiin novel. Tapi karena desakan kalian2 pecinta pu-ngo.blogspot supaya aku menceritakan setidaknya 1 cerita dari kehidupan aku, apa boleh buat, kayaknya kejadian yang terjadi sama aku baru2 ini (gak baru2 kali juga) terpaksa kuungkap.

Waktu itu, katakanlah di tahun 1963, aku ada jadwal kuliah jam setengah 11. Sebagai mahasiswa yang disiplin, dengan jerih payah yang luar biasa, aku kuatkan diri, berat, namun harus kulakukan, yaitu bangun jam setengah 10. Jangan diketawain! Itu hal yang luar biasa susah buat aku!

Abis badok (sarapan), boker, mandi, panasin mesin si “kuda laut” (Honda Astrea Grand yang selalu setia menemaniku, walaupun sering nyusahin juga, terkadang dia ngambek, gak mau idup), tapi jangan salah, waktu manasin tuh kuda laut, aku udah berpakaian, bukannya abis mandi gak pake apa2 langsung manasin dia, bego kalo ada yang mikir gitu.

Waktu menunjukkan jam 10 teng (padahal gak pas2 kali juga), mendramatisir dikit boleh donk biar ceritanya tambah seru. Waktu yang tersisa masih panjang, setengah jam lagi, kayaknya aku bisa menikmati perjalanan ini. Sungguh nikmat perjalanan santai bersama kuda laut.

Aku memilih jalan yang ada pemandangan kalinya untuk sampai ke kampus. Lumayan, dengan santai aku menikmati perjalanan bersama pemandangan indahnya kali yang penuh dengan plastic, busa2 sabun, wuih… TV ada juga, sofa juga ada, sungguh kaya alam daerahku, dalam kali aja banyak kekayaan yang belum dijamah tangan manusia. Sungguh bijak pemerintahku, bisa mengatur sedemikian rupa sehingga kekayaan alam ini tetap terpelihara, salut.

Tiba2 lewat kucing nyebrang di depan kuda laut, weiyt…, dengan skill yang kumiliki dan ke-aerodinamisan si kuda laut, si kucing masih diberikan kesempatan idup oleh Yang Maha Kuasa. Subhanallah…!

Kayaknya ada yang salah dengan cara mengemudi aku, aku putuskan untuk mencukupi menikmati indahnya kaliku, harus lebih konsentrasi dalam mengemudi. 1 menit tetap konsentrasi, 2 menit masih konsentrasi, 2menit 19 detik, 2 menit 28 detik, dan akhirnya di waktu yang ke 2 menit 33 detiknya konsentrasiku ilang.

Gimana gak ilang, kuda lautku diberhentikan secara paksa oleh orang yang dulu waktu SMP dikenal sebagai preman di sekolah. Tapi sekarang udah ga2h berseragam cokelat tua dan punya pangkat di bajunya, gak ngerti aku cara baca pangkat di baju yang haram untuk kupake itu, entah apa pangkat dia.

Kenapa aku bilang haram baju itu kupake? Karena rata2 orang yang make tuh baju adalah orang2 yang dulunya adalah orang2 yang gak bisa kita bilang baik waktu sekolah, sekarang aja sok2 jadi penegak hukum.

Kita terusin ceritanya, aku diberhentiin sama tuh orang berseragam cokelat tua. Otakku mulai jalan, sebelum dia yang meriksa, otakku harus lebih dulu meriksa kelengkapan si kuda laut, kalo rasa2 ada yang gak lengkap, aku harus siap2 ajak si kuda laut lari kencang………. Helm pake, kaca spion ada, SIM-STNK ada, pajak baru seminggu kemarin bayar, rasa2nya nih orang Cuma buang2 waktu aja berhentiin aku, otakku mulai proses sendiri.

Tapi bala menimpa! SIM aku disita karena aku gak ada duit buat ongkosin tuh orang bayarin kesalahan aku ke pengadilan, itu menurut dia, entah betul bisa sampe ke pengadilan. Ah…. gak mau mikir jelek dulu ah.

Kenapa SIM aku disita? Jawabannya Cuma ada di sini, gak bakalan dapat di-search di google sekalipun. Alasannya adalah, si kuda laut gak punya penutup pentil ban motor.! Tanda Tanya bermunculan banyak di kepala aku waktu itu…???????

Tapi apa daya, aku gak punya kekuatan apa2. Aku ikhlasin aja tuh SIM (Awalnya yang mau disita STNK, tapi akhirnya bisa kutawar jadi SIM aja) dan kujanjiin ke dia bakalan kutebus siang ini di pos yang dia tentuin (koq bukan ke kantor ya?). Pada kenyataannya, sampe sekarang belum kuambil2 tuh SIM. Biar mampus dia kutipu, hahhah…….

Aku mencoba untuk menikmati indahnya kejadian pahit tadi dengan kembali menikmati perjalanan ke kampus “buku, cinta, dan pesta”… Fakultas Teknik Syiah Kuala.

Dengan santai, teriknya panas gak ada pengaruh apa2 lagi buat kulitku yang udah biasa disengat UV-A dan UV-B. Indahnya Banda Aceh kalau kita mau menganggapnya sebagai kota yang indah, menyejukkan hati, ternyata filosofi aku “santai dan nikmati yang ada” cukup bermanfaat untuk ketenangan jiwa.

GEDUBRAK…..!!!!!!!

Kuda laut tersungkur……, baling, tapi lagi2 berkat ketangkasanku dalam mengendarai motor, gak sampe kebalik…..

Apa yang terjadi? Lagi2 gak bakalan dapat jawabannya di google sekalipun, jawabannya hanya ada di sini…… Kuda laut kesandung polisi tidur….

Ternyata tidak ada koordinasi yang baik antar-polisi di daerah ini, kenapa tuh polisi tidur bentuknya begitu. Harusnya kan polisi tidur itu punya ukuran standartnya. Dengan kelandaian dan ukuran yang telah ditentukan. Tapi kenapa polisi tidur yang ini bentuknya seenaknya aja.

Dampak apakah yang terjadi pada si kuda laut? Aku berhenti sejenak untuk mengeceknya. Maafkan aku kuda laut, karena aku gak konsentrasi dalam mengemudi, shock depanmu nyangkut. Tapi untungnya si kuda laut pengertian, dia masih mau kuajak jalan.

Perjalanan inipun berakhir, aku sampai ke kampus tercinta….. (aku sangat mencintai kampus ini, itulah alasan kenapa aku “sengaja merendahkan” IP-ku tiap semester, biar aku bisa lama di sini, karena aku cinta suasana kampus ini).

Sebelum menuju ruangan, mampir dulu ke kantin, beli rokok Jisamsu, nyumbang dikit hari ini buat negara melalui cukai tembakau. Rokok ini berguna kalo2 kuliah nanti membosankan, aku bisa keluar sebentar buat melatih ketahanan paru2 aku.

Sampe juga akhirnya aku di depan ruangan kuliah, walaupun agak telat 19 menit. Dan, kelas ternyata belum dimulai. Dosennya belum menampakkan diri. Kan, udah kubilang tadi rokok ini berguna kubeli sebelum menuju ruangan, sambil nunggu dosen nongol, aku melatih otot2 paru2ku, masih kuat gak hirup nikotin.

Waktu menunjukkan jam 11, aku mengambil keputusan sendiri, “telpon tuh dosen, tanyain hari ini sebenarnya ada rencana masuk gak? jangan bikin kami tergantung2 begini”….. Dan aku mulai menelepon…….. tuuut, tuut…. Apa yang terjadi? Yang ngangkat telponku cewe’….. Katanya “Maaf, pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini,…..”. Kurang ajar! Ternyata suara mesin operator!

Ideku untuk nelpon tuh dosen dijiplak oleh temanku, sebut saja namanya Bunga (bukan BCL). Jawaban si dosen? “Saya lagi ada urusan di luar kota……..”
Santai dan nikmati yang ada, mending aku ngopi di kantin sambil baca Koran, baca berita di hari ini…..

Mungkin inilah kisah hidupku yang sangat menyenangkan hatiku bila sekarang kuingat2 lagi, lucu…. Hahahhah………

Mau tau nasib shock si kuda laut? Sekarang telah normal kembali, semua berkat aku tidak congkak berjalan di bumi Allah, berjalanlah merunduk, jangan congkak! Kelak kita akan dapat untung, contohnya aku, shock si kuda laut telah normal kembali karena aku menyelamatkan Soekarno-Hatta di jalanan.

Sekali lagi pesan aku ke kalian semua, yang pertama, “JANGANLAH CONGKAK BERJALAN DI BUMI ALLAH, MERUNDUKLAH KETIKA BERJALAN, KELAK KITA AKAN DAPAT UNTUNG”.

Yang kedua, apalagi kalau bukan “SANTAI DAN NIKMATI YANG ADA, ITU AKAN BUAT HATI KITA JADI TENTERAM”….

Oke, sekian dulu posting hari ini, sampai jumpa, bye2, see you, salam’alaikum!

Rabu, 09 Desember 2009

KEHIDUPAN MALAMKU, KEHIDUPAN MALANGKU

Aku sangat mencintai kebebasan ini. Terbang ke sana ke mari tanpa ada peraturan yang membatasi pergerakan ini. Aku selalu merasa bahwa akulah yang paling gesit. Terbang dengan kecepatan tinggi, hingga terdengar seperti ngaungan mobil formula 1 jika aku terbang melewati alat pendengaran makhluk yang entah kenapa sangat benci padaku. Bahkan bukan hanya padaku, tapi kepada seluruh bangsaku.

Aku tak mau langsung menyalahkan makhluk itu, aku mencoba untuk introspeksi diri. Mungkin memang salah bangsaku juga, bangsaku mulai tak terkendali lagi, mungkin karena tak ada peraturan yang mengekang pergerakan kami. Aku mencoba untuk tidak masuk ke dalam trend yang beredar, karena menurutku Cuma membuat aku jadi sinting.

Bangsaku serakah! Makan hinggga kelewat batas! Tidak sedikit yang mampus karena keserakahannya. Makan yang bukan haknya lagi hingga terlena dan lalai dengan mengisi perut hingga buncit. Lalu lemas dan tak sanggup untuk terbang gesit lagi seperti yang kulakukan saat ini. Tak ayal, mereka tamat oleh 2 buah telapak yang amat besar. Telapak makhluk yang tadi kukatakan amat membenci bangsa kami. Yang padahal, dengan sedikit sentilannya saja, kami telah merasa sangat sakit yang takkan terlupakan hingga akhir dunia. Bayangkan! Apalagi dihimpit oleh 2 buah telapak yang besar dengan kecepatan yang lumayan! Mending kalau kami langsung mati, tapi kalau ajal kami belum sampai? Kami bakalan hidup dengan kesengsaraan yang luar biasa dan takkan ada yang bakalan mempedulikan, karena bangsaku seperti tidak pernah kenal dengan yang namanya solidaritas.

Biasanya, setelah mengisi perut sekedar cukup untuk nahan lapar hingga esok malam, aku keluar dari kediaman makhluk yang kukunjungi dan mengintainya dari luar, aku berdiam diri di tempat yang aman. Aku selalu meneteskan air mata melihat saudara sebangsaku dibantai habis2an oleh makhluk itu dengan tanpa belas kasihan. Saudara sebangsaku ditindas dengan berbagai cara, dengan asap beracun, dengan semprotan cairan yang juga beracun, dengan jarring aneh bergagang yang membunuh saudara sebangsaku melalui sengatan yang amat mengerikan.

Aku tak pernah tau entah dendam apa yang pernah terjadi antara bangsaku dengan makhluk itu hingga perperangan ini tak pernah usai. Bangsaku, dengan ego tak mau kalahnya, melakukan pergaulan bebas hingga melahirkan virus. Virus yang tak berbahaya bagi bangsaku, tapi mematikan bagi makhluk yang menjadi musuh bangsaku. Jika mereka terjangkit virus ini, biasanya mereka dibawa ke tempat yang selalu menggembar-gemborkan kata steril.

Sepertinya perang ini memang tak akan pernah usai hingga akhir zaman. Aku tak bisa berbuat apa2, karena aku hanya makhluk kecil yang tak punya kuasa.

Kembali ke topic pergaulan bebas yang seolah2 menjadi trend di dalam bangsaku. Trend yang lagi2 sangat menjijikkan bagiku. Trend yang sangat hina bagiku. Tapi itulah arus zaman, haruskah aku ikuti? Aku sering tergilas2 akibat tidak mengikuti arus. Tapi aku tetap tegar pada pendirian ini. Ini tantangan tersendiri bagiku, tantangan yang amat memacu adrenalin. Menantang! Aku berjanji kepada diriku sendiri untuk tak akan masuk ke lembah pergaulan itu.

Kalau dipikir2, peperangan ini sungguh tidak adil, bangsa kami menyerang dengan hanya bersenjatakan virus ini, tapi dengan stok yang sedikit, karena virus ini tidak pernah kami sadari keberadaannya, kami tak pernah tau apakah virus itu telah menjangkiti kami atau tidak, karena virus itu tidak memberikan dampak apa2 pada bangsa kami. Sementara makhluk yang menjadi musuh kami itu, mereka sampai2 membuka lapangan pekerjaan yang menyerap banyak tenaga kerja untuk memproduksi bahan2 pembunuh bagi kami. Setidaknya ada keuntungan yang mereka peroleh dari peperangan ini. Di saat mereka membenci kami, mereka mendapatkan keuntungan.

Apa mungkin ini yang menyebabkan kebencian dan peperangan ini seakan2 dipelihara? Untuk kepentingan sekelompok tertentu? Hingga mereka selalu menciptakan wadah bagi bangsaku untuk terus berkembang? Atau mungkin karena ego bangsaku yang tak pernah berhenti menyerang makhluk itu walaupun kami tau kami kalah dalam hal pendidikan dan tekhnologi? Aku rasa bangsaku tak akan bisa menang dengan hanya mengandalkan nyali dan motivasi.

Ada 1 lagi yang aku herankan dari makhluk yang sangat membenci bangsaku ini, sekelompok yang berada di tempat yang selalu menggembar-gemborkan kata steril tadi, sekelompok yang selalu merasa penting di tempat itu, sekelompok yang bangga dengan pakaian kaku putihnya. Mereka selalu mengajak dan menganjurkan saudara sebangsanya untuk jangan pernah memberikan kesempatan bagi bangsaku untuk berkembang, menghancurkan wadah2 yang memungkinkan bangsaku berkembang. Kenapa mereka menganjurkan itu? Strategi apalagi ini? Padahal semakin banyak saudara sebangsanya yang terjangkit virus yang bangsaku bawa, sekelompok berpakaian kaku putih ini akan semakin mendapatkan keuntungan. Aku melihat sendiri transaksi yang terjadi dengan mata kepalaku.

Kenapa bangsaku tidak pernah menyadari kalau perang ini hanya sia2? Atau ada oknum dan mafia dari bangsaku sendiri yang juga mengambil keuntungan dari peperangan ini? Aku merasa ditunggangi. Kenapa tidak dihentikan saja urusan dengan makhluk ini? Masih banyak makhluk lain yang mau menerima kedatangan bangsa kami apa adanya asalkan tidak berlebihan. Oh, mungkin ini dia alasannya, bangsaku serakah! Bangsaku egois! Bangsaku tak pernah mau belajar! Hingga tak sadar ditunggangi.

Damai. Sepertinya hanya sebuah kata yang tak mungkin untuk dibeli sekalipun. Hanya angan2. Di saat pada zaman ini semua dapat dibeli, damai tetap saja takkan terbeli selama keegoisan dan keserakahan ini terus dibudayakan dan dibudidayakan. Hanya khayalan, hanya mimpi, hanya angan2, hanya cerita.

Mungkin kalian belum mengenal aku, aku meminjam blognya Satriadi Yusnaidi untuk mencurahkan isi hatiku. Tapi kalian tak akan pernah tau namaku, karena aku tak mau mempromosikannya, biarlah aku dibenci selama aku tak membenci.

Minggu, 06 Desember 2009

TEORI DARWIN

Ada yang bisa kita ambil pelajaran dari teorinya bang Darwin.......

Kenapa kita harus menyalahkan dia, kalau ada sedikit pelajaran yang bisa kita ambil?

Pelajaran yang menurut aku bisa kita comot dalam kehidupan.......
"Manusia berasal dari monyet"....
Gak seluruhnya teori ini salah, pelajaran yang kita ambil adalah: SEBAGAI MANUSIA KITA HARUS BISA BERUSAHA BERGERAK MENJADI YANG LEBIH BAIK......

Gimana? Akur?

Mengenai Saya

Foto saya
Membenarkan yang salah, menyalahkan yang benar